🏐 Logo Bandeng Lele Lamongan
Yuhronurmengatakan, logonya yakni adanya penggambaran grafis dalam bentuk kata "Lamongan" dan taglinenya adalah penggambaran grafis dalam bentuk kata "Megilan", sedangkan Logogramnya adalah penggambaran grafis yang dibentuk dari gambar ikan bandeng, ikan lele, air, bukit, gunung yang tidak berapi, pantai atau laut serta warna biru dan hijau.
Es6ur. Batik sendang mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan batik di daerah lainnya. Goresan gambar batik Sendang memiliki detail yang rumit dan detail. Para pengrajin pun dituntut memiliki kesabaran dan ketelatenan. Ciri khas batik Sendang lamongan adalah motif burung Slempang, motif gapuro tanjung kodok, motif paten, motif pathetan, motif gendang ceplik bandeng lele, dan sebagainya. Alamat Ds. Sendang Duwur, Kec. Paciran, Kab. Lamongan
Lambang Kota Lamongan adalah Ikan Bandeng dan Lele. Kenapa koq lambing kota kita tercinta ini koq ikan bandeng dan lele ? kenapa koq tidak mujaher dan kutuk atau lainnya. Ternyata ada sejarah yang menarik dibalik kedua ikan tersebut. Tapi disini saya akan mengulah tentang lelenya dahulu. Ada yang bilang jika orang Lamongan asli tidak boleh memakan ikan yang satu ini. Benar atau tidak anggaban tersebut, berikut ceritanya. Dahulu, ada seorang Nyi Lurah yang meminjam piandel berupa keris kepada salah seorang waliullah/sunan kemungkinan Sunan Ampel untuk mencegah ontran-ontran atau huru-hara sekaligus untuk menjaga kewibawaannya di wilayahnya sekitar wilayah Bojonegoro. Kanjeng Sunan pun memberikan keris yang dimilikinya kepada Nyi Lurah dengan beberapa syarat. Diantaranya adalah tidak boleh menggunakan keris tersebut untuk kekerasan menumpahkan darah dan harus segera dikembalikan kepada Sunan tersebut secara langsung setelah tujuh purnama tujuh bulan. Akhirnya Nyi Lurah berhasil mewujudkan cita-cita dan harapannya itu. Namun setelah tujuh purnama terlewati, Nyi Lurah belum juga mengembalikan keris kepada Kanjeng Sunan. Khawatir terjadi penyalahgunaan pada pusakanya, Kanjeng Sunan kemudian mengutus salah seorang muridnya untuk menemui Nyi Lurah dan mengambil kembali keris Kanjeng Sunan. Sampai di tempat Nyi Lurah, murid Kanjeng Sunan pun segera menemui Nyi Lurah. Saat murid tersebut menghadap dan mengutarakan maksudnya untuk mengambil keris Kanjeng Sunan, Nyi Lurah bersikeras tidak mau menyerahkan keris tersebut. Karena merasa tidak mendapat sambutan yang baik atas niatnya, akhirnya sang murid berencana untuk diam-diam mengambil keris pusaka di rumah Nyi Lurah. Pada suatu malam, murid tersebut memasuki rumah Nyi Lurah dan berhasil menggambil keris. Namun, Nyi Lurah telah menyadari bahwa keris pusaka telah dicuri. Serta merta seluruh warga desa berbondong-bondong mengejarnya. Kejar mengejar ini berlangsung sangat jauh hingga mencapai daerah Lamongan. Pada saat di perbatasan daerah Babat-Pucuk, murid tersebut merasa terpojok karena sebuah pohon asam besar menghalangi jalannya. Dan ketika anak tombak dilemparkan kedadanya ternyata seekor kijang lewat menyelamatkannya, hingga yang terkena tombak adalah kijang. Atas kejadian tersebut, sang murid bersyukur kepada Allah dan berujar bahwa anak cucu dan keturunannya kelak tidak boleh memakan daging kijang karena binatang tersebut telah menyelamatkan nyawanya. Sang murid terus melanjutkan perjalannya ke arah Surabaya, sementara para penduduk tadi masih tetap mengejarnya. Hingga dia terjebak pada sebuah jublangan/kolam yang di dalamnya penuh dengan Ikan Lele yang memiliki pathil yang mematikan. Sementara, dari kejauhan terlihat para penduduk yang semakin dekat menuju ke arahnya dan tidak ada jalan lain selain menyeberangi kolam Lele di depannya. Namun dengan keyakinan hati dan memohon perlindungan kepada Allah, akhirnya diapun menceburkan diri ke dalam kolam penuh Ikan Lele. Ternyata tak satupun Ikan Lele menyerangnya bahkan dengan tenang dia bisa menyelam dengan ikan-ikan lele berkerumun di atasnya. Karena melihat banyak Ikan Lele berenang di atas kolam maka penduduk menganggab bahwa si pencuri tersebut tidak mungkin bersembunyi di kolam penuh Ikan Lele yang memiliki pathil yang sangat mematikan. Warga desa yang mengejarnya itu pun mengalihkan pencariannya ke tempat lain. Setelah itu menyembullah sang murid ke permukaan kolam. Dengan mengucap puji syukur kepada Allah dan lagi-lagi dia berujar bahwa anak, cucu dan keturunannya kelak untuk tidak memakan Ikan Lele, karena ikan tersebut telah menyelamatkan hidupnya. Daerah tempat diucapkannya wasiat tersebut berada di sekitar daerah Glagah Lamongan. Akhirnya, sang murid berhasil menyerahkan kembali pusakanya pada Kanjeng Sunan. Beberapa cerita mengatakan bahwa murid yang mencuri keris pusaka tersebut bernama Ronggohadi saat ini menjadi salah satu jalan di Kota Lamongan. Dia adalah orang yang kelak membabat alas Lamongan dan menjadi bupati pertama Lamongan yang bergelar Bupati Surajaya. Hingga saat ini, kebanyakan masyarakat Lamongan di daerah Glagah, tengah kota, atau pesisir, sangat jarang yang makan lele sebagai santapan lauk pauknya apalagi yang berdarah asli Lamongan ayah dan ibu asli Lamongan. Mereka khawatir kalau masih ada darah keturunan sang murid Kenjeng Sunan dan takut melanggar sumpah. Meskipun pada umumnya orang sekitar Glagah, Deket dan sekitarnya di era sekarang ini banyak yang beternak ikan lele, namun jarang sekali mereka yang memakan ikan tersebut. Konon, jika ada anak keturunannya yang melanggar sumpah, maka pigmen di area tangan atau tubuhnya akan memudar sehingga warna kulitnya belang-belang hingga menyerupai tubuh Ikan Lele. Wa'allahualam. Namun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang mempunyai ayah dari luar Lamongan atau tinggal jauh di wilayah Lamongan bagian selatan dan barat.
, LAMONGAN - Tiga proyek yang baru selesai dibangun, satu diantaranya penentu jarak antar daerah di Wilayah Kabupaten Lamongan atau kota lain di luar Kabupaten Lamongan yakni, titik 0 KM Lamongan. Keberadaan titik 0 KM ini paling tidak bisa menambah destinasi baru, karena tugu dibangun dengan artistik terinspirasi dari logo city branding Lamongan Megilan tepat di pojok Alun-alun Lamongan yang diresmikan Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, Minggu 25/12/2022 malam. Kepala Dinas PU Bina Marga Lamongan Sujarwo menyebut, tujuan dari dibangunnya titik 0 KM ini adalah sebagai patokan penentu jarak antar daerah di wilayah Kabupaten Lamongan atau kota lain di luar Kabupaten Lamongan. Baca juga Banjir Rob Terjang Pemukiman di Tuban, Sejumlah Rumah Rusak Dihantam Gelombang Juga merupakan titik pusat Kabupaten Lamongan, sebagai referensi lokasi pembangunan berbagai infrastruktur di Kabupaten Lamongan, dan sebagai penanda geografis Kabupaten Lamongan. "Dengan dibangunnya titik 0 KM ini akan meningkatkan branding Kota Lamongan, dengan cara menciptakan icon baru yang bisa dikunjungi warga Lamongan dan sekitarnya, " kata Sujarwo di hadapan bupati dan undangan tadi malam. Ditambahkan, titik 0 KM ini memiliki desain yang terinspirasi dari logo city branding Lamongan Megilan, dengan satu buah patok 0 KM berbahan beton dilapisi tembaga. Kemudian ornamen akrilik bertuliskan 0 KM Lamongan, dan logo Lamongan Megilan atau bandeng lele, serta pembangunan taman di bagian depan. "Diharapkan menjadi tempat favorit bagi masyarakat Kabupaten Lamongan untuk ber swafoto atau selfie, dan menjadi objek wisata baru di Kota Lamongan," ungkap Sujarwo. Dasar pemilihan lokasi Titik 0 KM ini sangat erat kaitannya dengan sejarah masa lalu Kabupaten Lamongan, di mana pada pemerintahan Hindia-Belanda Titik 0 adalah Kantor Pos mengacu tradisi Eropa. Hal ini berbeda dengan yang diberlakukan di Amerika Serikat bahwa titik pusat kota adalah ditandai dengan gedung kantor pemerintah. " Maka dari itu dipilihlah Alun-alun Lamongan sebagai titik 0 KM Lamongan, karena lokasi ini dinilai sebagai pusat kegiatan masyarakat Lamongan, " katanya. Sementara itu menurut Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi mengatakan, kemasyhuran sebuah kota ditentukan oleh destinasi alam, maupun budaya yang dimiliki, termasuk dengan adanya tugu titik nol. "Alhamdulillah hari ini kita diberikan kesempatan untuk menjadi saksi sebuah momen baru, momen penting bagi Kabupaten Lamongan dengan diresmikannya titik 0 KM Lamongan, " kata Yuhronur saat meresmikan titik 0 KM di Jalan Lamongrejo Kauman Sidokumpul Lamongan, pada koordinat 7⁰ 07' LU 112⁰ 24' BT, atau tepatnya di arah Timur Laut Alun-alun Kota Lamongan pada Minggu 25/12/2022 malam. Kemasyhuran sebuah kota itu ditentukan oleh destinasi baik itu destinasi buatan, destinasi alam, maupun budayanya, tidak terkecuali dengan Titik 0 ini.
logo bandeng lele lamongan